Home Warta Article Business Portal Pertanian
UNDER CONSTRUCTION

Tuesday, December 20, 2011

Memanfaatkan Lahan Pekarangan

Halaman pekarangan bila dikelola dengan tepat dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan, baik berupa kayu, bahan makanan, bunga, peneduh maupun sebagai salah satu sumber tambahan penghasilan rutin. Pekarangan yang terawat selain memberikan hasil yang dapat dikonsumsi juga sedap dipandang mata.
Fungsi Lahan Pekarangan
Lahan pekarangan memiliki berbagai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Lumbung Hidup
Untuk menghadapi musim paceklik, pekarangan biasanya dapat membantu penghuninya menyediakan sumber pangan yang hidup (lumbung hidup) seperti : tanaman palawija, tanaman pangan dan hortikultura, hasil binatang peliharaan, dan ikan.
2. Fungsi Apotik Hidup
Pekarangan menyediakan berbagai jenis tanaman obat-obatan, misalnya sembung, jeruk nipis, kunir, kencur, jahe, kapulaga dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat digunakan untuk obat-obatan tradisional yang tidak kalah khasiatnya dengan obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi.
3. Fungsi Sumber Benih dan Bibit
Pekarangan yang ditamani berbagai jenis tanaman dan untuk memelihara ternak atau ikan mampu menyediakan benih atapun bibit baik berupa biji-bijian, stek, cangkok, okulasi maupun bibit ternak dan benih ikan.
4. Fungsi Pemberian Keasrian
Pekarangan yang berisi berbagai jenis tanaman, baik tanaman merambat, tanaman perdu maupun tanaman tinggi dan besar, dapat menciptakan suasana asri dan sejuk.
5. Fungsi Pemberi Keindahan
Pekarangan yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman bunga-bungaan dan pagar hidup yang ditata rapi akan memberi keindahan dan keteangan bagi penghuninya.
Prinsip Pengelolaan
Prinsip sederhana yang harus dilakukan dalam pengelolaan lahan pekarangan adalah tidak memerlukan biaya yang mahal dan cara perawatannya mudah. Pupuk untuk mengantikan unsur hara yang sudah diambil tanaman dapat diperoleh dari limbah organik yang dihasilkan dari sampah dapur dan limbah yang dihasilkan oleh pekarangan tersebut, misalnya dari daun, pelepah, bagian tanaman yang sudah dipanen tetapi tidak dikonsumsi dan jika ada dapat juga ditambahkan kotoran ternak.
Jenis tanaman yang ditanam tidak mengandalkan pada satu komoditi saja, tetapi mengandalkan variasi tanaman. Jika hasil dari pekarangan di konsumsi sendiri, tentu akan bosan jika hanya panen satu jenis tanaman saja. Pemilihan jenis tanaman akan ditanam termasuk untuk pagar akan sangat membantu dalam menghalau jenis hama tertentu. Selain lebih indah dipandang mata, pagar dari tanaman hidup juga menjadi sumber pupuk hijau. Dan, lebih penting lagi adalah menanam tanaman yan sesuai dengan kondisi daerah tersebut.
Pengolahan tanah hanya seperlunya saja bahkan sesedikit mungkin. Sehingga peralatan pertanian yang sederhana, seperti tugal, garpu dan gembor (untuk menyiram) sudah cukup .
Secara ekonomis variasi tanaman akan diperoleh hasil secara berkelanjutan. Kemungkinan kegagalan menjadi kecil karena kerugian pada tanaman yang satu dapat tertutupi oleh hasil yang lain.
Tanah tidak akan berubah strukturnya karena proses mekanisasi, bertambah gembur karena masukan unsur-unsur organik dari pupuk yang dibuat dari pekarangan itu dan udara tidak tercemar oleh pestisida kimia. Bahan makanan yang dihasilkan pun akan sehat dan tidak mengandung residu pestisida.
Merancang Lahan Pekarangan
Salah satu langkah penting sebelum mulai menanam adalah merancang lahan yang hendak ditanami dengan benar. Cara berikut mungkin dapat dicoba.
Pertama, lakukan survey sederhana terhadap lahan pekarangan anda. Buat sketsa, bagian mana saja yang dapat ditanami dan bagian mana saja yang tidak dapat diubah, misalnya rumah, sumur dan pohon-pohon yang sudah ada.
Jika lahan pekarangan sudah selesai dirancang, tahap selanjutnya adalah penyiapan lahan. Olahlah tanah sesuai dengan peruntukannya. Misalnya buatlah petakan untuk tanaman semusim. Rancanglah petakan sedemikian sehingga memudahkan anda melakukan perawatan. Siapkan lubang-lubang untuk benih, semaian jika dibutuhkan dan juga tempat pembuatan kompos.
Menyiapkan Benih, Menyiapkan kehidupan
Benih sayuran dapat disiapkan sebagai berikut. Rendamlah biji sayuran yang sudah kering semalaman. Pilihlah biji yang tenggelam, lalu tanam. Untuk tanaman-tanaman seperti kacang-kacangan, penanaman dapat langsung dilakukan di lahan. Tanaman sawi-sawian membutuhkan semaian lebih dahulu. Setelah agak besar, baru dapat dipindahkan ke lahan.
Buah-buahan dapat ditanam baik dari biji maupun dari cangkokan. Untuk menanam buah dengan biji, pertama-tama rendamlah biji-biji buah yang sudah kering semalaman. Pilihlah biji buah yang tenggelam. Tanamlah di pesemaian. Gunakan botol bekas minuman mineral, bekas kaleng cat atau biskuit untuk menanamnya. Setelah beberapa pasang anak daun muncul, pohon ini dapat dipindahkan ke tanah.
Pemeliharaan
Termasuk dalam pemeliharaan adalah pemberian pupuk, pemberian mulsa, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit serta perawatan khusus lainnya, misalnya pemberian para-para dan pembungkusan calon buah.
Pemberian pupuk dilakukan pada saat penanaman. Untuk penanaman, biasanya digunakan pupuk kandang atau kompos yang dicampur tanah dengan perbandingan 1:1. Selain pada waktu tanam, seringkali dibutuhkan pupuk susulan. Pemberian ini tergantung kondisi tanaman saat itu, apakah pertumbuhannya sudah cukup atau kurang. Jumlah pupuk per tanaman juga berbeda-beda tergantung jenis tanamannya. Untuk tanaman sayuran biasanya per lubang tanam diberi sekitar 400 gram pupuk kandang bercampur sekam.
Mulsa berguna untuk menutupi tanah sehingga dapat mencegah tumbuhnya gulma sekaligus melindungi tanaman dan hama, penyakit, hujan dan kerusakan fisik lainnya. Dalam jangka panjang mulsa yang terurai akan memberikan tanmahan unsur hara bagi tanah. Sebagai mulsa dapat digunakan daun-daun yang sudah kering, jerami, gulma dan rumput-rumput kering, bagian-bagian tanaman yang sudah panen tetapi tidak dikonsumsi. Disarankan untuk menggunakan mulsa dari bahan organik, karena selain dapat berfungsi sebagai unsur hara, juga mudah didapat dan murah.
Penyiraman dilakukan untuk memberikan tambahan air bagi tanaman. Gunakan gembor atau alat penyiram yang lubangnya kecil-kecil dan banyak agar penyiraman berlangsung cepat tanpa menyebabkan erosi tanah.
Pasca Panen dan Pembenihan
Jika lahan pekarangan dapat dipanen setiap hari dan dikonsumsi sendiri, perhatikanlah komposisi yang anda konsumsi. Perhatikanlah keseimbangan antara vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Semakin bervariasi makanan yang anda makan akan semakin baik.
Perhatikan penyimpanan hasil panen. Mengkonsumsi tanaman yang segar tentu lebih baik , tetapi ada kalanya kita membutuhkan tempat untuk menyimpan sebelum dikonsumsi, misalnya karena hasil panen terlalu banyak atau panenan membutuhkan perlakuan khusus. Jagalah jangan sampai penenan rusak. Jangan lupa sisihkan bagian yang terbaik untuk dibenihkan kembali. Dengan demikian pengeluaran akan dihemat dan keberlanjutan lahan pekarangan akan terjaga. Keringkan biji-biji yang digunakan untuk benih dan simpanlah di tempat yang kering. Botol-botol kaca atau tabung bambu yang kering dan bersih dapat digunakan

Hama Penggerek Batang Padi

Penggerek Batang Padi (PBP) merupakan hama penting karena secara nyata merusak malai sehingga mengurangi jumlah malai yang dapat dipanen atau dalam fase Vegetatif mematikan titik tumbuh sehingga mengurangi jumlah anakan. Populasi Penggerek Batang Padi biasanya meningkat menjelang berakhirnya musim hujan. Penggerek Batang Padi (PBP) disebabkan oleh 4 jenis PBP, yaitu PBP Kuning (Scirpophaga incertulas), PBP Putih (S. Innotata), PBP Bergaris (Chilo supressalis), dan PBP Merah jambu (Sesamia inferens). Keempat jenis PBP ini mempunyai cara hidup dan gejala kerusakan yang ditimbulkan hampir persis sama. Liang-liang gerek yang dibuat larva (ulat) dapat memutuskan perjalanan air dan unsur hara dari akar sehingga dapat melemahkan tanaman padi.
Kerusakan yang timbul tergantung pada fase pertumbuhan tanaman. Pada fase Vegetatif (Pembentukan batang, daun, dan anakan), maka daun tengah atau pucuk tanaman mati karena titik tumbuhnya dimakan. Pucuk yang mati akan berwarna coklat dan mudah dicabut. Gejala ini biasa disebut Sundep. Pada fase generatif (pembentukan malai), maka malai akan mati karena pangkalnya dikerat oleh larva. Malai yang mati akan tetap tegak, berwarna abu-abu putih dan bulir-bulirnya hampa. Malai ini mudah dicabut dan pada pangkalnya terdapat bekas gigitan larva. Gejala ini biasa disebut Beluk.
Mengapa penggerek batang harus dikendalikan?
Penggerek batang merusak pertanaman padi pada semua fase tumbuh, sejak persemaian sampai matang. Bila tanaman masih muda, anakan yang rusak berwarna coklat dan mati. Kondisi ini disebut sundep. Bila kerusakan terjadi pada fase pembentukan malai, maka malai berwarna putih dan disebut beluk.

Cara pengendalian :
- Tanam jenis padi yang cepat dewasa
- Tanam secara serempak, selisih waktu tanam jangan melewati 3 -4 minggu
- Buang tunggul-tunggul jerami segera setelah panen dengan cara membenamkan waktu Pengolahan tanah atau memotong tunggul tersebut persis di permukaan tanah.
- Hindari kelebihan pemakaian pupuk N (Urea, ZA)
- Buang bibit padi yang mengandung telur PBP sebelum penanaman
- Pembibitan, semprotkan Natural BVR sebagai pencegahan pada umur 7 – 10 hari.
- Semprotkan BVR / PESTONA pada umur 10 – 15 hari setelah tanam dan setiap 1 – 2 minggu sekali diselang seling.